Minggu, 22 Juni 2008

Untuk Semangat Yang Tak Pernah Pudar

Berlarilah hingga kelelahan lelah mengejarmu..

Kapan kamu pernah merasa dunia ini tidak adil? Seberapa sering kamu mengeluh? Atau paling tidak, kapan kamu mulai bosan dan cepat merasakan lelah yang teramat sangat (depresi)?

Semua pasti memiliki jawabannya sendiri. Kadar ketahanan terhadap stres bagi tiap2 orang juga berbeda. Dan semuanya tidak dapat disalahkan. Tergantung dari pribadi masing2 yang sebenarnya juga sangat rentan terbentuk oleh kehidupan yang selama ini dijalaninya.

Begitu pula hidup manusia, tidak semulus jalan beraspal (apa hubungannya?).
Akhir2 ini manusia2 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, sedang disibukkan dengan persiapan penyambutan maba (baca: mahasiswa baru not mahasiswa bangkotan). Yaah..walaupun dalam perjalanannya kurang mendapat respon karena adanya perubahan kebijakan mengenai perploncoan yang selama ini dinilai kurang edukatif oleh para empunya universitas. Terlepas dari semua, ada satu hal yang terlupakan. Sebenarnya terlalu banyak hal, tapi dalam tulisan ini, aku ingin menyederhanakannya agar selaras dengan topik yang sedang kuangkat.

Ujian masuk (UM-UGM) bisa jadi merupakan salah satu event tahunan terfavorit. Mengalahkan rating Indonesian Idol atau 4 mata (mungkin!), mengingat bertambahnya peminat dari tahun ke tahun. Hanya saja, keberadaannya bisa menjadi musibah tatkala hasil yang keluar tidak sesuai dengan harapan. Belum lagi jika ternyata impian untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya sementara tertunda, karena harus mengulang pendidikan dalam level yang sama sekali lagi. Sungguh tragis.

Aku sendiri pun bukannya dengan mudah mendapatkan apa yang kuinginkan. Berjuang hingga akhirnya gagal, kemudian berjuang lagi dan akhirnya harus gagal lagi. Pola seperti itu lebih sering kudapatkan. Berkali2 merasakan pupusnya harapan, terkadang bingung sendiri, pusing sendiri, bahkan semuanya pun harus dikerjakan sendiri. Setelah merasa seperti itu, rasanya sunggguh tidak adil jika apa yang sedang kuperjuangkan ternyata enggan menghampiriku. Kurang lebih, seperti itulah pikiran manusia ketika dirinya merasa tidak senang.

Perasaan yang kusebut kufur nikmat itu benar2 menyiksa dan jika dibiarkan terlalu lama bisa menjadi penyakit hati yang sangat mematikan! Kepribadianmu bisa berubah 180° akibat emosi yang tidak lagi wajar akibat keputusasaan.

Seringnya kita berpikir telah menjadi manusia paling malang sedunia. Seakan2 dunia runtuh dan kita tidak bisa berbuat apa2 karenanya. Sedangkan ego masih melekat, terus saja menyalahkan, hingga yang tersisa hanyalah dengki.

Bagaimanapun seorang manusia memang hanyalah manusia. Kita tidak bisa menyalahkan segala sesuatu yang terjadi di luar kehendak kita. Manusia bisa berencana dan berusaha, tapi ada yang lebih berkuasa atas kita dan semua itu tidak dapat diganggu gugat. Jangan pernah merasa dirimu adalah mahluk paling nelangsa. Kita tidak tahu, bahwa mungkin saja manusia2 yang kita temui di setiap harinya memiliki masalah yang jauh lebih rumit. Hanya saja manusia terlalu egois untuk menyadari kesusahan saudaranya karena terlalu sibuk dengan urusan duniawinya. Yakinlah, di sana telah terdapat Dzat yang lebih mengetahui apa yang terbaik untukmu.

Bersyukurlah.
Untuk setiap nafas yang kau hirup..
Untuk setiap kasih sayang yang selalu tercurah dari ibumu..
Untuk setiap tetes keringat yang keluar karena usahamu..
Untuk setiap doa yang terucap..
Dan untuk semangat yang tak pernah pudar hingga kau menjadi sabar karenanya..

1 komentar:

Anonim mengatakan...

HIDUP ADALAH PERBUATAN....

PINDAH KE MULTIPLY AJA!!!!
RAME DISANA....