Senin, 16 Juni 2008

How Do You Mean "Poligami"

Seusai sholat dzuhur di Mushola Al Banna FEB UGM, aku mendatangi sumber suara yang sebenarnya sedari tadi menganggu kekhusyukan sholatku..
Bisa ditebak, suara lantang dan selalu keliatan menggebu2 ketika berbicara dengan lawannya (bukan sama setan), tidak lain dan tidak bukan hanyalah milik Mbak Yolanda (akuntansi 05)
Dasar oknum!

Tanpa disadari akhirnya aku ikut nimbrung dengan forum yang mereka buat (anak2 akuntansi juga)
Mereka membahas mengenai sinetron yang baru2 ini ditayangkan oleh sebuah stasiun tv swasta secara stripping..
Kita menyinggung soal adanya unsur poligami yang terkandung dalam penayangan film tersebut.. (coba tebak sinetron apa hayo?)
Dasar jiwa bisnis orang Indonesia yang baru memanfaatkan peluang ketika melihat animo pasar yang begitu baik! Nggak kreatip!
Tampaknya si pebisnis mencoba mengulang kesuksesan yang diraih oleh film bergenre religius yang notabene barusaja ditayangkan (baca : ayat2 cinta) melalui sebuah sinetron..
Masih dengan genre dan memakai artis yang sama..

Pembicaraan kemudian beralih pada sosok teh Nini..
Pribadi sholehah yang dengan suksesnya diduakan oleh si Aa'..
Ohh..aku jadi ngebayangin gimana kalo aku yang jadi si teteh..
Dimadu (bukan seluruh badan diolesin madu loh), harus berbagi suami dengan yang lain (yang pastinya wanita)
Pasti dibutuhkan suatu keberanian dan keikhlasan yang begitu besar hingga rela sang suami mempersunting wanita lain..
Dan rasanya aku tidak punya itu semua, jika memang harus terjadi padaku.. (semoga saja tidak!)
Jika memang poligami merupakan jalan terakhir dan terbaik yang harus kujalani, aku memilih untuk mundur! (camkan itu wahai calon suamiku!) hehe..

Aku tidak rela harus dimadu.. (sekali lagi ini bukan soal madu yang dioleskan di badan, meski manis rasanya)
Aku tidak sanggup membayangkan penjaga hatiku bersanding dan membagi hati dengan yang lain..
Aku tidak suka melihat pria yang dengan segenap jiwa kumengabdi kepadanya, ternyata tidak lagi menjaga diriku seutuhnya..
Dan yang paling kutakutkan adalah kenyataan bahwa diriku bukanlah lagi satu2nya dihatinya, tentunya setelah Allah beserta Rasulnya dan ibunya (lah? berarti memang bukan yang utama dunk! hehe)

Ditengah pembicaraan, tiba2 aku teringat kata2 Nia (manajemen 06) soal poligami..
Seingetku dia ngomong gini, (sambil berapi2) "Pokoknya sebelum nikah, aku harus buat hitam di atas putih sama calon suamiku. Jadi kalo semisal dianya poligami, sesuai dengan perjanjian, semua harta gono gini dan anak2 pokoknya buat aku! Aku nggak peduli lagi, terserah dia mau apa"
Yahh..begitulah kurang lebih dia menyatakan ketidaksetujuannya atas hal yang paling ditakutkan para wanita.. (menurutku)
Rada shock juga aku dengernya..
Secara kalo aku yang jadi calon suaminya bisa stroke duluan, bahkan sebelum sempet nglamar!Mengingat kenyataan dan resiko besar yang mungkin timbul jika ke depannya aku benar2 menyakiti dan mempermainkan hatinya..
Tapi aku bisa maklum.. (ho..ternyata aku sangat mengerti wanita)

Iseng2 apa yang dikatakan Nia tadi, aku sampaikan ke ibuku..
Trus beliau bilang, " yaa..penting itu mbak, biar dia bsok nggak macem2 sama kamu"
Tapi begitu aku tanyain ke Mbak Yola perihal pendapatnya si Nia, she said..
bukannya dalam islam itu nggak dibolehin adanya perjanjian tertulis sebelum pernikahan ya? perjanjian kayak gitu hanya bisa lisan dan biasanya dilakukan sambil jalan..
Tapi mbak, kalo ternyata bsok suamiku poligami gimana? lanjutku..
Kamu nggak usah khawatir, orang baik berjodoh dengan orang baik. Kalo kamu nggak mau dipoligami ya bsok kamu juga dapet jodoh yang nggak mungkin menduakan kamu. Inget, Allah memberikan jodoh kepadamu seperti apa adanya kamu, ketika kamu berpikir begitu ya seperti itu juga yang kamu dapatkan..
Hehe..tumben Mbak Yola bisa mengatakan sesuatu yang baik..
Padahal biasanya cuma bisa bikin aku desperate karena kehebohannya! (peace mbak!)

Jadi inget dulu temen SMAku juga pernah nanya soal pacaran ke seorang ustad..
Dia nanya gini "pak, kalo kita nggak boleh pacaran trus gimana kita bisa tau yang mana jodoh kita? katanya Allah nggak bakal ngubah nasib orang kecuali kalo dia usaha, khan pacaran juga termasuk usaha mencari pasangan hidup yang pas sama kita pak?"
Si ustad manggut2, trus jawab jodohmu itu seperti kamu. kalo kamu baik maka jodohmu juga baik. makanya jadilah orang baik agar kamu diberikan jodoh yang baik seperti yang kamu inginkan..
Hohohohohoho..oke deh pak ustad!
Aku cuma senyum aja denger jawabannya, soalnya langsung klik!
Persis seperti apa yang dikatakan Mbak Yola tadi..

Huff..masalah jodoh emang bikin pusing yaa??
Terkadang malah bikin kita jadi nggak produktif (dalam beberapa hal)
Tapi yang pasti suatu saat nanti telah ditakdirkan seseorang yang akan menjadi pendamping kita.. (halah!)
Sampai saatnya tiba, aku akan berjuang menjadi gadis yang baik.. ^^

Tidak ada komentar: