Minggu, 24 Agustus 2008

Cinta Yang Tidak Diekspresikan

Apa yang kamu pikirkan ketika pertama kali kamu membaca judul di atas?

Aku menulisnya ketika teringat pernyataan tersebut dari seorang ustad muda dalam suatu forum. Aku merenung agak lama, mencoba mencari makna dari pernyataan tersebut. Karena, toh kita tidak bisa berpura-pura tidak tahu bahwa sebagian besar dari teman-teman kita (bahkan mungkin saja termasuk diri kita), mengekspresikan apa yang disebut penyakit merah jambu itu dengan berlebihan. Bahkan sekarang cenderung arogan! Tidak malu-malu mengungkapkan apa yang menurut mereka memang hal yang sewajarnya dan sepantasnya terjadi. Ungkapan yang (bisa dibilang) mungkin lebih pantas disebut dengan obsesi untuk memiliki, nafsu, hasrat atau apalah namanya. Tentu saja hal tersebut masih menjadi polemik, baik dari si pelaku sendiri, masyarakat religi, hingga kaum adat yang masih menganggap fenomena tersebut sebagai hal yang tabu.

Lantas, jika cinta tidak diekspresikan? Seperti apa rasanya?

Entahlah, aku sendiri kurang mengerti.

Kamis, 14 Agustus 2008

3 Months Left

Hampir 3 bulan masa baktiku di LEBI. Sendiri, terkucil, kesepian, terasing, laper, gundah, ngantuk, bosen, chatting, bengong, bingung, pusing, ribut, marah, ketawa sendiri, kesel, bete, ngemil, nonton film2 bajakan, di ece2 dan ngece2. pokoknya segala kegiatan yang bisa dilakukan ya tak kerjain. 3 bulan sudah, yang artinya aq nggak bisa berchatting ria lagi!!!!! Huaaaaaaaaaa!!!

actually, it’s my real job, haha!

Senin, 04 Agustus 2008

Gaji Pertama

Ini adalah cerita tentang pengalamanku setelah mendapatkan gaji pertama.
Yang namanya ada embel2 pertama-nya, biasanya berkesan banget.
Cinta pertama, ciuman pertama, malam pertama (wahh..koq tambah menjurus), pokoknya nama2 yang biasanya menjadi judul lagu2 melankolis!

Banyak pertanyaan ketika aku memilih untuk bekerja di saat liburan antar semester ini.
Padahal teman2ku, khususnya yang seangkatan denganku mengisi liburan ini dengan kegiatan antar semester (baca: SP) bahkan beberapa dari mereka rela nggak pulang kampung karena pengen banget berpartisipasi di simfoni, salah satu event bergengsi di kampusku (menurutku).

Aku cukup menikmati masa2 peralihanku menjadi seseorang yang mulai respek terhadap masa depannya ini. Walaupun sedikit kagok pada awalnya, tapi dengan cepat bisa ku atasi. Mungkin ini efek dari pengalaman yang selama ini ku dapatkan secara berkesinambungan, baik dari organisasi maupun dari kegiatan2 eventual

Pekerjaan yang kuanggap tidak begitu sulit tapi juga tidak bisa dianggap remeh ini, menuntut perhatian ekstra dariku. Mungkin karena ini pekerjaan pertamaku jadi rasa ingin melakukan yang terbaik sangat kental dalam pikiranku. Walaupun dalam perjalanannya, bantuan dari rekan2 sepekerjaan sangatlah berguna. Tapi, ini baru awal menuju dunia baru. Dan pastilah dibutuhkan kesabaran dari sebuah perjuangan yang tentunya tak mungkin mudah.

Itu juga yang aku rasakan saat pertama kali aku tahu bahwa tidak ada gaji tetap di tempat kerjaku ini. Biasanya upah diterima setelah sebulan bekerja. Tapi ini lain, mereka (dan skrg termasuk aku) hanya mendapatkan upah ketika telah melakukan hal-hal yang bersifat komersil (baca : proyek). Kita harus membuat suatu atau beberapa proyek dan itupun harus bonafit kalo mau gajian! Which is, kita nggak tau kapan dapet gajinya sekalipun kita udah bikin proyek, karena yang namanya proyek itu unpredictable (untung2an).

Omaigat, aku terjebak! Sama sekali tak tahu ternyata ada peraturan aneh, nyleneh dan sekeji ini! Dan buatku ini adalah masalah yang paling krusial, mengingat tujuanku bekerja semata2 buat cari tambahan uang saku.

Dan parahnya lagi, aku baru tahu kalo aku kerja secara multitasking! Aku hanya tahu dipekerjakan sebagai asisten proyek dalam perjanjian awal kontrak kerjaku. Ternyata aku juga merangkap sekretaris sekaligus bendahara sekaligus front officer sekaligus bos dari segala bos. Bahkan Pak Dum (selaku direktur LEBI) pun tampaknya juga nggak bisa berkutik meski mengetahui tingkahku yang sok2 berkuasa di kerajaannya. Hehe..sabar ya pak!

N finally, belum lama ini aku membeli sebuah handphone sebagai kompensasi hasil kerja kerasku. Akhirnya kubuktikan, I’m not a kind of that persons!

Pelajaran moral nomor sekian : syukuri apa2 yang telah kamu miliki dan tetap pada batasnya ^^