Rabu, 16 Desember 2009

Hal yang paling tidak boleh disebut namanya

Akhir-akhir selalu ada pertanyaan yang annoying buatku. Nggak banget deh! Dan sebenarnya juga nggak layak buat ditanyain, karna sangat menyakitkan hati jika diungkit. Gimana skripsinya? atau Udah sampai bab berapa? Aku juga jadi gampang senewen kalo ada temen nanya dengan kata tanya “Gimana?” (doank). Karna aku tau banget kalo yang ditanyain itu mesti menjurus ke skripsi. Duh! Dan yang paling bikin miris kalo anak2 angkatan bawah yang masih bau bawang itu ikutan nimbrung kalo pas merpus. Baru belajar buat pendadaran ya mbak?

*dengan bahasa loe-gue*

Omaigat, loe kira gue tiap hari merpus itu buat belajar? Salah! Gue cuma pengen ngenet gratis, karna dirumah kagak ada sambungan internet. Oke?!

Sumpah sakit ati banget aku kalo “hal yang paling tidak boleh disebut namanya itu” diungkit. Apalagi jika diucapkan oleh orang-orang yang belum pernah mengecap asam garam di dunia “hal yang sebenarnya tidak boleh disebut namanya itu”.

*dengan bahasa loe-gue (lagi)*

Loe pikir gampang bikin skrips---?!

Setelah program penggemblungan dan penggemukan diri di KKN selesai. Kukira hidupku akan tetap aman, damai dan tentram seperti masa itu (Oh..baru kali ini aku merasa LPPM bermanfaat), karena semester ini aku tinggal mengambil satu makul dan tentunya sudah bisa ikut skrips---.

Ternyata aku terjebak diantara tumpukan pekerjaan yang tak kunjung berakhir. Sebuah lembaga tempatku bekerja malah mendzolimiku dengan sistem birokrasinya yang bisa bikin manusia paling gendut di dunia turun 100 kilo. Belum lagi, pekerjaan sebagai asdos yang ternyata tidak hanya 2 orang dosen saja yang kuampu. Sebenarnya aku suka pekerjaan satu ini. Nambah kenalan dosen, dapet duit, sekaligus bisa nyicil belajar buat kompre. Hehe. Apalagi kalo udah ngajar di kelas. Wuihh..rasanya pengen jadi dosen beneran. Ketagihan! (untuk membodohi mahasiswa). :P

Tapi effort untuk kesemuanya itu juga nggak gampang. Butuh perhatian lebih dan akhirnya harus menyita waktuku (mengikis keinginanku untuk lulus di awal taun nanti). Skripsi pun akhirnya terbengkalai (aku yakin banyak orang yang mengerti perasaanku, meski kondisinya berbeda-beda). Hm..tapi aku pasti akan mengusahakan sesuatu untuk “masa depanku” itu.

Kamis, 30 Juli 2009

KKN Part 2

Berawal dari sebuah program yang nggak jelas tujuannya, baca: KKN alias kluyar-kluyur nongkrong, semuanya dimulai. Kegiatan yang bisa dibilang lebih besar cost dibanding benefitnya. Padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip seorang anak ekonomi kayak aku. Hayahh..

KKN bisa dibilang sebagai ajang pengabdian kepada masyarakat, khususnya bagi penduduk tempat kita berdomisili selama KKN. Tapi KKN kali ini malah menjadi ajang liburan buat aku. Serasa mengikuti program homestay selama 2 bulan di tempat yang benar-benar baru dengan teman yang baru pula.

Pengalaman itulah yang paling berkesan, dimana para peserta KKN harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru. Tidak hanya dengan lingkungan tempat tinggal, tapi juga dengan orang2 yang tinggal bersama. Bisa dibilang ini bagian yang paling susah. Kelangsungan program sangat tergantung pada kerjasama tim, terutama untuk subunitnya.

Nah, bisa dibilang subunitku ini yang paling kompak (menurut penilaianku). Makan nggak makan yang penting ngumpul. Mau ada program atau nggak, pokoknya ngumpul. Walopun menurut kormanitku, subunitku itu keliatan yang paling jobless, tapi dibikin enjoy aja. Toh yang penting KKN (sesuai tema kita: serius tapi santai), hehe!

Selama kurang lebih sebulan masa KKN, teman2 sepondokan sudah mulai memperlihatkan belangnya berikut taringnya, hehe! Berikut hasil pengamatanku kepada keenam orang teman sepondokanku:

1. Dian: anak pertanian 2005 berkulit putih dan berjilbab. Sepintas kau akan tertipu melihat kekaleman dan kepolosan sikapnya. Padahal dibalik itu, dia memiliki segudang pikiran ‘tidak polos’ yang siap ia lontarkan dengan wajah innocent-nya.

Buang hajat adalah rutinitasnya dipagi hari selepas shubuh dan dia juga penakut terhadap hal-hal yang berbau mistis, seperti hantu dan juga tikussss! (ps: pondokanku gudangnya tikus soalnya, hiiii!)

2. Rian: anak sipil 2006 bersuara nyaring dan cempreng, mirip anak kecil. Panggilan kesayangannya adalah mochi (entah apa maksudnya). Berhubung nggak bisa bawa motor, dia sangat tergantung pada surplusnya jok motor supaya bisa keangkut. Sayangnya, dengan minimnya motor yang ada di pondokan, dia sering menjadi penunggu ‘rumah’ selama yang lain pergi. Kasiann..

Alhasil, dia sering autis sendiri karena kebanyakan nge-game sama laptop kesayangannya si ‘toshi’ yang baru berumur 1 bulan (rupanya dia membeli laptop untuk persiapan kkn, fufu!). Untung dia berbaik hati meminjamkan laptop barunya itu untuk di rayon sama anak2 sepondokan (ini aja aku ngetik pake laptopnya).

Bersama dengan mbak dian, hobinya adalah sms-an dan telpon berjam-jam. Oiya, hal unik lainnya dari dia adalah suka memperdengarkan ringtone sms aneh dari hape-nya. Buatku bunyi khas penjual balon toet-toet adalah ringtone yang paling lucu, menggelikan, sekaligus mbrebeki! (soalnya nadanya kepanjangan)

3. Fauzi: anak pertanian 2005, partner-nya mbak dian. Dia terpilih menjadi kormasit karena tampangnya yang ‘agak’ meyakinkan dibanding yang lainnya (sepertinya modus anak pertanian serupa, bermuka alim, haha!). Kormasit satu ini memang tiada duanya, rajin banget. Enak dikongkon (disuruh2, red), dikibuli, dan dikerjai. Sebenarnya dia emang semi-polos gitu deh.

Berbeda dengan mbak dian, hobinya di tempat KKN adalah plangisasi! Berkelana dari satu dusun ke dusun lain untuk menemukan pujaan hatinya yang lain (istilah bekennya selingkuhisasi). Dia gemar sekali bertandang ke dusun lain untuk sekedar bertemu dengan tambatan hatinya yang baru saja ia dapatkan selama KKN ini, maka itu disebut plangisasi (1 kota untuk 1 wanita). Meski demikian, si pacar (yang sebenarnya) agaknya sudah mencium gelagat buruk dari cowok manis berkulit gelap ini. Hubungan yang sungguh pelik.. Ckckck. (Itu sih bukan semi-polos lagi namanya)

4. Wicak: anak ekonomi 2006, jurusan manajemen. Berperawakan jangkung dengan perut yang sedikit buncit, hehe! Idola bagi anak2, karena setiap harinya ia diperbantukan menjadi tenaga pengajar segala mata pelajaran di sebuah SD.

Dia partnerku sekaligus sopir pribadiku. Secara dia lagi keranjingan belajar naik motor, jadi ya aku berdayakan aja. Meski pada akhirnya aku dan si ‘bandol’ (motorku) jadi korban pertama yang jatuh selama dia bisa naik motor. Huhu..nasib!

Cowok iseng satu ini, hobinya nyariin aku jodoh. Mungkin karena dia udah berhasil menemukan tambatan hatinya, makanya dia jadi pengen berbagi kebahagiaan sama aku (hm..aku jadi curiga, jangan2 itu cuma kedok karena rasa bersalahnya udah jatuhin motorku).

Selain Angger, dia termasuk yang (menurutku) juga pandai memahami kaum hawa. Hm..boleh nih, aku rekomendasiin ke simbah buat jadi ‘another prince charming’, fufu! (baca: anggasimbah.wordpress.com)

5. Hannung: anak geofisika 2006 yang ku temukan lewat sebuah situs pertemanan. Seorang sahabat pena yang kurang lebih selama 3 tahun ini hanya ku kenal lewat dunia maya, akhirnya bertemu untuk pertama kalinya dalam sebuah program nggak jelas bernama KKN.

Hobi cowok cungkring ini adalah tidur. Nggak peduli ada kebakaran, hujan badai, atau penjarahan, dia akan tetap anteng tidur di kasur kamarnya. Day and night! Pernah suatu kali, kormabid menjenguknya karena mendengar si anak buah jatuh sakit. Rupa2nya itu hanyalah kedok agar bisa beristirahat lebih lama, padahal sakitnya sendiri udah sembuh beberapa hari yang lalu (emang nggak pegel ya, tidur mulu).

Satu hal yang paling ditakutinya hanyalah si pacar. Begitu mendengar dering telpon dari si ‘dia’, otomatis dia akan terbangun. Sungguh alarm yang mujarab!

6. Puguh: anak farmasi 2006 yang phobia nasi. Heran juga aku, padahal bentuknya nasi khan imut. Bagian mananya yang menakutkan?

Cowok distro (begitu Wicak memanggilnya) yang tampang lumayan-nya bisa bikin geger kampung ini, memang menjadi idola bagi gadis2 yang tergolong masih polos. Bersaing dengan kepopuleran Wicak, kehadirannya bagai kentut atau bisa dibilang mirip jailangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar. Dia termasuk anak yang jarang stay di pondokan. Maka tidak heran jika para gadis bau kencur itu (emang beneran bau kencur?) selalu merindukan sosoknya. Yahh..asal nggak buat ‘plangisasi’ kayak Fauzi aja, masih kecil2 soalnya, hehe!

Mirip dengan Hannung, dia gemar sekali termangu dalam kamar sambil sesekali mengecek hape. Selidik punya selidik, rupanya dia ketakutan jika putri kecil-nya ngambek cuma gara2 lama bales sms. Sampe2 dia sering susah sendiri kalo udah bludrek. Hm..kayaknya di pondokanku butuh asosiasi suami2 takut istri nih. Fufu!

Kamis, 16 Juli 2009

KKN Part 1

Ini udah masuk minggu ketiga masa KKN. Masa yang seharusnya buat seneng2 (karena tema KKNnya sendiri emang nggak jelas), malah jadi musibah buat kita 1 sub unit. Pasalnya, setelah 2 minggu mengalami kehampaan dalam hidup, ternyata terjadiah apa yang paling ditakutkan semua orang. Kehilangan waktu tidur siang! Bukan, bukan karena program2 KKNnya. Tapi karena tiap pagi, siang, sore, bahkan malam, aku harus meladeni anak2 ecil yang stiap harinya maen ke pondokanku. Mereka sangat hiperaktif. Lari2 kesono kemari, teriak2, minta ini itu, sambil sesekali merajuk minta gendong (emang aku mbah surip).
Sebenarnya mereka itu adalah anak2 didik TPAku. Ntah knpa, mungkin salah didikan di TPAnya (jadinya malah Taman Pendidikan Ajojing), makanya jadi beringas gtu. Huhu!

Parahnya, temen2 satu sub unit selalu memasrahkan urusan precil2 itu kepadaku. Mentang2 TPA termasuk program dari klusterku. Dan yang bikin tambah marmos, mereka (si precil2 itu) emang lebih demen maen bareng aku. Karena hanya aku satu2nya yang mau bermaen bersama mereka (p.s: sekali lagi itu karena terpaksa). Kalo udah gitu, temen2 satu sub unit puassss banget ngekek sambil leyeh2 sembunyi di pondokan biar nggak ikutan diajakin maen. Uugh..tobat!
*awas kalian*

Ya sudahlah, aku tetep nikmatin aja. Meski ancur lebur badanku setelah itu, cuapek banget (aku bahkan sempet sakit loh setelah berusaha menjadi baby sitter yang baik bagi mereka). Itung2 latihan jadi ibu. Hm.. aku jadi kangen adek2ku di rumah. Apa kabar ya?

Selasa, 30 Juni 2009

Homesick

Besok aku kkn. Tapi belum apa2 aku udah homesick gini.
Nggak mau ninggalin rumah, nggak mau pisah dari adek2ku (walopun mereka sering berantem dan berisik, sampe bikin aku dan ibuku pusing).
Mana sekarang aku lagi flu berat. Ohh..tidakk!
Pastinya selama 2 bulan ke depan aku bakal kangen banget sama mereka. Huhuhu..

Hm..tapi aku akan berusaha menjadi anak yang mandiri bersama teman2 baruku nanti.
Semoga 2 bulan yang bermanfaat, amin! ^^

*sebenernya aku lebih takut sama masa setelah kkn, skripsi sudah menunggu! huhu*

Rabu, 20 Mei 2009

Kembar?


Buat orang2 yang selalu bilang kami kembar. Bagian mananya si yang mirip? Kok aku tidak bisa mengenalinya ya..

PS: aku kasi duit 100 juta*, kalo bisa nyebutin kesamaanku sama nisia (yang signifikan loh)..
*100 juta dicicil untuk 1000 abad, haha!

Wisuda

Kemarin adalah hari yang membahagiakan. Hari wisuda bagi kakak-kakakku setelah 3 tahun lebih mereka menimba ilmu. Sedikit terharu juga, mengingat selama ini aku selalu dibantu oleh mereka. Mereka adalah dosen-dosen dadakan yang selalu kurepotkan saat aku kesusahan dalam belajar. Terkadang mereka pun bisa menjadi sahabat baik, yang selalu bersedia mendengar keluh kesahku dan memotivasiku saat aku sedang bersusah hati. Huhu..terus kalo kalian pergi, ntar aku ngadu ke siapa donk?


Tapi dari lubuk hatiku yang paling dalam, kuucapkan selamat atas kelulusan kalian.

Kudoakan agar kalian selalu dimudahkan dalam setiap langkah perjuangan, amin.

Taun depan, insyaAllah aku nyusul deh! ^^

Senin, 11 Mei 2009

Lucky Seven

Bulan mei ini secara resmi rumahku akhirnya punya nomer juga. Horee! Secara selama ini, aku masih tinggal di rumah tak bernomer, hiks! Serasa udah punya balita tapi belum punya akte kelahiran. Kesannya kok serem aja gitu. (Hehe..itu sih lebai)
Banyak juga pengalaman yang terjadi karena rumahku yang tanpa identitas ini. Misalnya kalo temen2ku mau dateng berkunjung, padahal mereka belum tau rumahku. ”Rumahmu nomer berapa nid?” wahh..kalo udah gitu, aku pasti langsung ngejelasain ancer2nya dengan detil dan seksama biar temenku itu nggak nyasar (secara rumahku g bernomer gitu). Untung aja, rumahku tergolong yang mudah dicari, soalnya di pinggir jalan raya persis.
Tapi yang paling kasian dari semua itu adalah pak pos ato kurir pengantar paket. Kebanyakan dari mereka (ato malah semuanya) mesti pada kesasar. Kalo udah gitu, aku cuma bisa cengar-cengir ke mereka, ”sulit ya pak nyari alamatnya?” tanyaku iseng. ”Nggak kok mbak, cuma sempet salah alamat 3x tadi”. Wekekekek!
Pernah juga di suatu siang, ada pak pos yang nganterin paket sambil ngeluh ”makanya mbak, paling nggak rumahnya dikasih papan nama biar gampang saya nyarinya”. Huhuhu..maaf ya pak.. Aku jadi nggak enak hati, karena kliatan jelas dari wajahnya yang berkeringat kelelahan (dan tentunya dengan sedikit emosi). Sudah pasti si bapak sedari tadi berusaha keras nyari alamat rumahku yang sok misterius ini.
Sebenarnya program penomeran rumah ini ada karena usul dari para pemuda-pemudi di dusunku. Dan sebagai penyempurnanya, dibuat juga nama2 gang (padahal jelas2 cuma ada satu gang di dusunku, aneh2 aja). Hmm..kok rasa2nya aku seperti hidup di desa jaman majapahit ya.. Tak mengenal nama jalan dan tak bernomer pula rumah2nya. Seperti desa tertinggal saja.
Yang jelas sekarang rumahku udah bernomer. Seven. What a lucky number! Semoga manusia-manusia yang hidup di dalamnya juga mendapat keberkahan yang sama ya.. Amin!