Kamis, 30 Juli 2009

KKN Part 2

Berawal dari sebuah program yang nggak jelas tujuannya, baca: KKN alias kluyar-kluyur nongkrong, semuanya dimulai. Kegiatan yang bisa dibilang lebih besar cost dibanding benefitnya. Padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip seorang anak ekonomi kayak aku. Hayahh..

KKN bisa dibilang sebagai ajang pengabdian kepada masyarakat, khususnya bagi penduduk tempat kita berdomisili selama KKN. Tapi KKN kali ini malah menjadi ajang liburan buat aku. Serasa mengikuti program homestay selama 2 bulan di tempat yang benar-benar baru dengan teman yang baru pula.

Pengalaman itulah yang paling berkesan, dimana para peserta KKN harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan baru. Tidak hanya dengan lingkungan tempat tinggal, tapi juga dengan orang2 yang tinggal bersama. Bisa dibilang ini bagian yang paling susah. Kelangsungan program sangat tergantung pada kerjasama tim, terutama untuk subunitnya.

Nah, bisa dibilang subunitku ini yang paling kompak (menurut penilaianku). Makan nggak makan yang penting ngumpul. Mau ada program atau nggak, pokoknya ngumpul. Walopun menurut kormanitku, subunitku itu keliatan yang paling jobless, tapi dibikin enjoy aja. Toh yang penting KKN (sesuai tema kita: serius tapi santai), hehe!

Selama kurang lebih sebulan masa KKN, teman2 sepondokan sudah mulai memperlihatkan belangnya berikut taringnya, hehe! Berikut hasil pengamatanku kepada keenam orang teman sepondokanku:

1. Dian: anak pertanian 2005 berkulit putih dan berjilbab. Sepintas kau akan tertipu melihat kekaleman dan kepolosan sikapnya. Padahal dibalik itu, dia memiliki segudang pikiran ‘tidak polos’ yang siap ia lontarkan dengan wajah innocent-nya.

Buang hajat adalah rutinitasnya dipagi hari selepas shubuh dan dia juga penakut terhadap hal-hal yang berbau mistis, seperti hantu dan juga tikussss! (ps: pondokanku gudangnya tikus soalnya, hiiii!)

2. Rian: anak sipil 2006 bersuara nyaring dan cempreng, mirip anak kecil. Panggilan kesayangannya adalah mochi (entah apa maksudnya). Berhubung nggak bisa bawa motor, dia sangat tergantung pada surplusnya jok motor supaya bisa keangkut. Sayangnya, dengan minimnya motor yang ada di pondokan, dia sering menjadi penunggu ‘rumah’ selama yang lain pergi. Kasiann..

Alhasil, dia sering autis sendiri karena kebanyakan nge-game sama laptop kesayangannya si ‘toshi’ yang baru berumur 1 bulan (rupanya dia membeli laptop untuk persiapan kkn, fufu!). Untung dia berbaik hati meminjamkan laptop barunya itu untuk di rayon sama anak2 sepondokan (ini aja aku ngetik pake laptopnya).

Bersama dengan mbak dian, hobinya adalah sms-an dan telpon berjam-jam. Oiya, hal unik lainnya dari dia adalah suka memperdengarkan ringtone sms aneh dari hape-nya. Buatku bunyi khas penjual balon toet-toet adalah ringtone yang paling lucu, menggelikan, sekaligus mbrebeki! (soalnya nadanya kepanjangan)

3. Fauzi: anak pertanian 2005, partner-nya mbak dian. Dia terpilih menjadi kormasit karena tampangnya yang ‘agak’ meyakinkan dibanding yang lainnya (sepertinya modus anak pertanian serupa, bermuka alim, haha!). Kormasit satu ini memang tiada duanya, rajin banget. Enak dikongkon (disuruh2, red), dikibuli, dan dikerjai. Sebenarnya dia emang semi-polos gitu deh.

Berbeda dengan mbak dian, hobinya di tempat KKN adalah plangisasi! Berkelana dari satu dusun ke dusun lain untuk menemukan pujaan hatinya yang lain (istilah bekennya selingkuhisasi). Dia gemar sekali bertandang ke dusun lain untuk sekedar bertemu dengan tambatan hatinya yang baru saja ia dapatkan selama KKN ini, maka itu disebut plangisasi (1 kota untuk 1 wanita). Meski demikian, si pacar (yang sebenarnya) agaknya sudah mencium gelagat buruk dari cowok manis berkulit gelap ini. Hubungan yang sungguh pelik.. Ckckck. (Itu sih bukan semi-polos lagi namanya)

4. Wicak: anak ekonomi 2006, jurusan manajemen. Berperawakan jangkung dengan perut yang sedikit buncit, hehe! Idola bagi anak2, karena setiap harinya ia diperbantukan menjadi tenaga pengajar segala mata pelajaran di sebuah SD.

Dia partnerku sekaligus sopir pribadiku. Secara dia lagi keranjingan belajar naik motor, jadi ya aku berdayakan aja. Meski pada akhirnya aku dan si ‘bandol’ (motorku) jadi korban pertama yang jatuh selama dia bisa naik motor. Huhu..nasib!

Cowok iseng satu ini, hobinya nyariin aku jodoh. Mungkin karena dia udah berhasil menemukan tambatan hatinya, makanya dia jadi pengen berbagi kebahagiaan sama aku (hm..aku jadi curiga, jangan2 itu cuma kedok karena rasa bersalahnya udah jatuhin motorku).

Selain Angger, dia termasuk yang (menurutku) juga pandai memahami kaum hawa. Hm..boleh nih, aku rekomendasiin ke simbah buat jadi ‘another prince charming’, fufu! (baca: anggasimbah.wordpress.com)

5. Hannung: anak geofisika 2006 yang ku temukan lewat sebuah situs pertemanan. Seorang sahabat pena yang kurang lebih selama 3 tahun ini hanya ku kenal lewat dunia maya, akhirnya bertemu untuk pertama kalinya dalam sebuah program nggak jelas bernama KKN.

Hobi cowok cungkring ini adalah tidur. Nggak peduli ada kebakaran, hujan badai, atau penjarahan, dia akan tetap anteng tidur di kasur kamarnya. Day and night! Pernah suatu kali, kormabid menjenguknya karena mendengar si anak buah jatuh sakit. Rupa2nya itu hanyalah kedok agar bisa beristirahat lebih lama, padahal sakitnya sendiri udah sembuh beberapa hari yang lalu (emang nggak pegel ya, tidur mulu).

Satu hal yang paling ditakutinya hanyalah si pacar. Begitu mendengar dering telpon dari si ‘dia’, otomatis dia akan terbangun. Sungguh alarm yang mujarab!

6. Puguh: anak farmasi 2006 yang phobia nasi. Heran juga aku, padahal bentuknya nasi khan imut. Bagian mananya yang menakutkan?

Cowok distro (begitu Wicak memanggilnya) yang tampang lumayan-nya bisa bikin geger kampung ini, memang menjadi idola bagi gadis2 yang tergolong masih polos. Bersaing dengan kepopuleran Wicak, kehadirannya bagai kentut atau bisa dibilang mirip jailangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar. Dia termasuk anak yang jarang stay di pondokan. Maka tidak heran jika para gadis bau kencur itu (emang beneran bau kencur?) selalu merindukan sosoknya. Yahh..asal nggak buat ‘plangisasi’ kayak Fauzi aja, masih kecil2 soalnya, hehe!

Mirip dengan Hannung, dia gemar sekali termangu dalam kamar sambil sesekali mengecek hape. Selidik punya selidik, rupanya dia ketakutan jika putri kecil-nya ngambek cuma gara2 lama bales sms. Sampe2 dia sering susah sendiri kalo udah bludrek. Hm..kayaknya di pondokanku butuh asosiasi suami2 takut istri nih. Fufu!

2 komentar:

Mr_sheen mengatakan...

cie cie si genduk =P

Dedi Setiawan mengatakan...

Ciyee,, CURHATT BUUKK... :D